Chapter 2 uvin
Pertemuan 7
Intinya menangkis menguraikan cara menangkis tuduhan eropasentris atas Asia.
Kelebihan kelemahan dan kritik terhadap hal itu.
Dijawab dengan 6 metode dan kritik serta analisa terhadap 6 metode itu.
Premis Utama : Eropasentris
HAM berasal dari nilai-nilai politik, budaya, atau Barat dan oleh karena itu tidak berlaku secara universal
Komunitas HAM vs Komunitas Pembangunan
Persamaannya : Keduanya sama : menguniversalkan nilai-nilai, tujuan, dan metode Barat
khawatir tentang tingkat intervensionisme dan pengenaan nilai-nilai eksternal yang melekat dalam pekerjaan mereka.
ketakutan bahwa perubahan sosial tidak akan berhasil atau tahan lama kecuali jika dilakukan dan dimiliki secara internal.
Selama dua dekade sekarang, setiap proyek, program, atau kebijakan pembangunan telah menyatakan keinginan untuk membangun kepemilikan lokal dan telah mengklaim untuk memperkuat kapasitas lokal, untuk membangun kebutuhan yang diungkapkan dan dinamika internal komunitas, dan untuk mendukung kebijakan nasional — semua cara untuk memastikan bahwa bantuan tidak dianggap eksternal dan "Barat-sentris."
Tanggapan terhadap Nilai-nilai Asia
Pertama:
ini merupakan langkah ofensif, yang memungkinkan para "penentang" merusak hegemoni intelektual Barat dengan secara eksplisit memposisikan nilai-nilai mereka sendiri sebagai superior, dan sebuah langkah defensif melawan sebuah diskursus moral Barat yang dianggap merongrong sentralistas negara. Mereka mendukung pendekatan ini adalah pemimpin negara-negara yang kuat, yang mereka anggap perlu untuk pembangunan dan stabilitas
Kedua:
Debat seperti itu berfungsi hanya sebagai taktik politik, alat dalam perang retorik dan kubu yang menentang HAM Universal
Tulisan ini belum masuk kepada pembangunan, pertemuan selanjutnya baru tentang dasar pembangunan dan lalu hubungan tentang HAM dan pembangunan.
Tulisan ini berbicara tentang hambatan utama dalam penegakkan HAM, Yaitu ada 2 kubu yg berbeda dalam melihat HAM. Ini yg menyebabkan pelaksanaan HAM tidak jelas jika tidak ada kepentingan.
Satu sisi pihak Universalis bahwa HAM itu umum dan satu sisi pihak Relatifis bahwa HAM itu berbeda di tiap daerah. Inti dari semua perdebatan adalah Eropasentris, HAM Universalis adalah eropasentris.
Perdebatan nya adalah Nilai-nilai komunitas dan kebaikan bersama, menghormati otoritas, kerja keras dan tabungan, dan nilai-nilai ini dianggap lebih unggul oleh orang-orang HAM relatifis. Dan selanjutnya, beberapa negara di Asia menghasilkan masyarakat yang dicirikan dgn pertumbuhan yg tinggi, kekeluargaan yg kuat, sedikit kekerasan, dan tidak ada pengguna narkoba. Hal-hal ini dimunculkan untuk melawan eropasentris.
Perdebatan selanjutnya, apa yang dilakukan oleh negara Asia yang memunculkan nilai-nilai Asia merupakan langkah ofensif yang memungkinkan para penentang untuk merusak hegemoni Barat dengan langkah defensif melawan diskursus moral Barat yang dianggap merongrong sentralitas negara. Mereka yang mendukung pendekatan ini adalah pemimpin negara-negara yang kuat yang mereka anggap perlu untuk pembangunan dan stabilitas.
Yang menentukan negara Asia berhasil adalah bukan karena kekeluargaan yang baik atau nilai-nilai Asia, tapi karena faktor alam yang melimpah dan faktor lain.
Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin Asia menjadikan nilai-nilai Asia untuk menghukum orang yang mengkritisi, harusnya diadakan persuasi untuk musyawarah.
Nilai-nilai Asia tumbuh subur pada pemimpin-pemimpin Asia yang mempersepsikan bahwa mereka lebih baik dari negara.
Pertemuan 7
Intinya menangkis menguraikan cara menangkis tuduhan eropasentris atas Asia.
Kelebihan kelemahan dan kritik terhadap hal itu.
Dijawab dengan 6 metode dan kritik serta analisa terhadap 6 metode itu.
Premis Utama : Eropasentris
HAM berasal dari nilai-nilai politik, budaya, atau Barat dan oleh karena itu tidak berlaku secara universal
Komunitas HAM vs Komunitas Pembangunan
Persamaannya : Keduanya sama : menguniversalkan nilai-nilai, tujuan, dan metode Barat
khawatir tentang tingkat intervensionisme dan pengenaan nilai-nilai eksternal yang melekat dalam pekerjaan mereka.
ketakutan bahwa perubahan sosial tidak akan berhasil atau tahan lama kecuali jika dilakukan dan dimiliki secara internal.
Selama dua dekade sekarang, setiap proyek, program, atau kebijakan pembangunan telah menyatakan keinginan untuk membangun kepemilikan lokal dan telah mengklaim untuk memperkuat kapasitas lokal, untuk membangun kebutuhan yang diungkapkan dan dinamika internal komunitas, dan untuk mendukung kebijakan nasional — semua cara untuk memastikan bahwa bantuan tidak dianggap eksternal dan "Barat-sentris."
Tanggapan terhadap Nilai-nilai Asia
Pertama:
ini merupakan langkah ofensif, yang memungkinkan para "penentang" merusak hegemoni intelektual Barat dengan secara eksplisit memposisikan nilai-nilai mereka sendiri sebagai superior, dan sebuah langkah defensif melawan sebuah diskursus moral Barat yang dianggap merongrong sentralistas negara. Mereka mendukung pendekatan ini adalah pemimpin negara-negara yang kuat, yang mereka anggap perlu untuk pembangunan dan stabilitas
Kedua:
Debat seperti itu berfungsi hanya sebagai taktik politik, alat dalam perang retorik dan kubu yang menentang HAM Universal
Tulisan ini belum masuk kepada pembangunan, pertemuan selanjutnya baru tentang dasar pembangunan dan lalu hubungan tentang HAM dan pembangunan.
Tulisan ini berbicara tentang hambatan utama dalam penegakkan HAM, Yaitu ada 2 kubu yg berbeda dalam melihat HAM. Ini yg menyebabkan pelaksanaan HAM tidak jelas jika tidak ada kepentingan.
Satu sisi pihak Universalis bahwa HAM itu umum dan satu sisi pihak Relatifis bahwa HAM itu berbeda di tiap daerah. Inti dari semua perdebatan adalah Eropasentris, HAM Universalis adalah eropasentris.
Perdebatan nya adalah Nilai-nilai komunitas dan kebaikan bersama, menghormati otoritas, kerja keras dan tabungan, dan nilai-nilai ini dianggap lebih unggul oleh orang-orang HAM relatifis. Dan selanjutnya, beberapa negara di Asia menghasilkan masyarakat yang dicirikan dgn pertumbuhan yg tinggi, kekeluargaan yg kuat, sedikit kekerasan, dan tidak ada pengguna narkoba. Hal-hal ini dimunculkan untuk melawan eropasentris.
Perdebatan selanjutnya, apa yang dilakukan oleh negara Asia yang memunculkan nilai-nilai Asia merupakan langkah ofensif yang memungkinkan para penentang untuk merusak hegemoni Barat dengan langkah defensif melawan diskursus moral Barat yang dianggap merongrong sentralitas negara. Mereka yang mendukung pendekatan ini adalah pemimpin negara-negara yang kuat yang mereka anggap perlu untuk pembangunan dan stabilitas.
Yang menentukan negara Asia berhasil adalah bukan karena kekeluargaan yang baik atau nilai-nilai Asia, tapi karena faktor alam yang melimpah dan faktor lain.
Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin Asia menjadikan nilai-nilai Asia untuk menghukum orang yang mengkritisi, harusnya diadakan persuasi untuk musyawarah.
Nilai-nilai Asia tumbuh subur pada pemimpin-pemimpin Asia yang mempersepsikan bahwa mereka lebih baik dari negara.
Komentar
Posting Komentar